BAB 2
ISI
Polimer didefinisikan sebagai substansi yang terdiri dari
molekul-molekul yang menyertakan rangkaian satu atau lebih dari satu
unit monomer.
Dari berbagai jenis polimer yang banyak kita jumpai, polimer dapat
digolongkan berdasarkan asalnya, pembuatannya, jenis monomer, sifatnya
terhadap panas dan reaksi pembentukannya.
a. Penggolongan polimer berdasarkan asalnya
Berdasarkan asalnya, polimer
dapat dibedakan atas polimer alam dan polimer sintesis.
- Polimer Alam
Polimer alam adalah polimer yang terdapat di alam dan berasal dari
makhluk hidup. Contoh polimer alam dapat dilihat pada table di bawah ini
No |
Polimer |
Monomer |
Polimerisasi |
Contoh |
1. |
Pati/amilum |
Glukosa |
Kondensasi |
Biji-bijian, akar umbi |
2. |
Selulosa |
Glukosa |
Kondensasi |
Sayur, Kayu, Kapas |
3. |
Protein |
Asam amino |
Kondensasi |
Susu, daging, telur, wol, sutera |
4. |
Asam nukleat |
Nukleotida |
Kondensasi |
Molekul DNA dan RNA (sel) |
5. |
Karet alam |
Isoprena |
Adisi |
Getah pohon karet |
Sifat-sifat polimer alam kurang
menguntungkan. Contohnya, karet alam kadang-kadang cepat rusak, tidak
elastis, dan berombak. Hal tersebut dapat terjadi karena karet alamtidak
tahan terhadap minyak bensin atau minyak tanah serta lama terbuka di
udara. Contoh lain, sutera dan wol merupakan senyawa protein bahan
makanan bakteri, sehingga wol dan sutera cepat rusak. Umumnya polimer
alam mempunyai sifat hidrofilik (suka air), sukar dilebur dan sukar
dicetak, sehingga sangat sukar mengembangkan fungsi polimer alam untuk
tujuan-tujuan yang lebih luas dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.
- 2. Polimer Sintesis
Polimer sintesis atau polimer buatan
adalah polimer yang tidak terdapat di alam dan harus dibuat oleh
manusia. Sampai saat ini, para ahli kimia polimer telah melakukan
penelitian struktur molekul alam guna mengembangkan polimer sintesisnya.
Dari hasil penelitian tersebut dihasilkan polimer sintesis yang dapat
dirancang sifat-sifatnya, seperti tinggi rendahnya titik lebur,
kelenturan dan kekerasannya, serta ketahanannya terhadap zat kimia.
Tujuannya, agar diperoleh polimer sintesis yang penggunaannya sesuai
yang diharapkan. Polimer sintesis yang telah dikembangkan guna
kepentingan komersil, misalnya pembentukan serat untuk benang kain dan
produksi ban yang elastisterhadap jalan raya.
Ahli kimia saat ini sudah berhasil mengembangkan beratus-ratus jenis
polimer sintesis untuk tujuan yang lebih luas. Contoh polimer sintesis
dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
No |
Polimer |
Monomer |
Terdapat pada |
1. |
Polietena |
Etena |
Kantung, kabel plastik |
2. |
Polipropena |
Propena |
Tali, karung, botol plastik |
3. |
PVC |
Vinil klorida |
Pipa paralon, pelapis lantai |
4. |
Polivinil alcohol |
Vinil alcohol |
Bak air |
5. |
Teflon |
Tetrafluoroetena |
Wajan atau panci anti lengket |
6. |
Dakron |
Metil tereftalat dan etilena glikol |
Pipa rekam magnetik, kain atau tekstil (wol sintetis) |
7. |
Nilon |
Asam adipat dan heksametilena diamin |
Tekstil |
8. |
Polibutadiena |
Butadiena |
Ban motor |
9. |
Poliester |
Ester dan etilena glikol |
Ban mobil |
10. |
Melamin |
Fenol formaldehida |
Piring dan gelas melamin |
11. |
Epoksi resin |
Metoksi benzena dan alcohol sekunder |
Penyalut cat (cat epoksi) |
Dalam kehidupan sehari-hari, kita pasti banyak menggunakan polimer
buatan. Berikut ini beberapa contoh polimer buatan di sekitar kita :
1) Karet Sintetis
Dengan semakin meningkatnya kebutuhan akan ban mobil dan motor,
ahli-ahli kimia organic telah mengembangkan pembuatan karet sintetis
untuk mempercepat perolehan kebutuhan tersebut.
Karet-karet sintetis tersebut dibuat dengan menggunakan bahan dasar
monomer, seperti butadiene dan stirena denganm cara kopolimerisasi.
Polibutadiena-stirena disebut juga dengan
Buna atau
nama dagangnya SBR (stirena-butadiena rubber). Ada dua jenis Buna, yaitu
Buna-N dan Buna-S. tidak seperti polimer lain yang monomernya 1:1, pada
Buna-N perbandingan antara 1,3-butadiena dan stirena adalah 3:1,
sedangkan Buna-S perbandingan antara 1,3-butadiena dan stirena adalah
7:3. polimer tersebutb merupakan karet sintetis yang kuat hamper
menyamai karet alam karena resisten oksidasi dan abrasi dibandingkan
karet alam. SBR mengandung ikatan rangkap dan dapat di
cross-linked kan dengan sulfur dengan proses vulkanisasi. Saat ini Buna banyak digunakan sebagai ban mobil.
Jika karet yang divulkanisasi ini diregangkan, jembatan belerang
menahan rantai-rantai polimer sehingga tidak mudah putus, kemudian karet
tersebut akan kembali pada bentuk semula setelah meregang. Karet
sintetis lain adalah neoprene yang berasal dari monomer kloropropena,
polibutadiena, dan Thiokol.
2) Serat Sintetis
Kapas merupakan serat alam yang merupakan polimer dari karbohidrat
(selulosa), dan polimer dari protein (wol dan sutera). Seperti halnya
karet, serat memiliki polimer sintetis, yaitu nilon dan poliester
(dakron).
Dakron atau tetoron merupakan polyester. Polimer ini yang sangat
kuat, sangat lentur dan transparan. Polimer ini juga digunakan untuk
membuat sintetis dan membuat lembaran film tipis yang dalam perdagangan
disebut mylar. Mylar banyak digunakan untuk pita rekam magnetic dan
untuk membuat gelembung balon yang dimanfaatkan dalam penelitian cuaca
di atmosfer.Nilon-66 merupakan serat polimer yang titik leburnya tinggi.
Disebut nilon-66 karena polimernya tersususn dari enam atom C dari
1,6-heksametilena diamina dan enam atom C dari molekul asam 1,6
heksanadioat. Nilon-66 digunakan untuk serat kain.
3) Orlon
Orlon merupakan polimer adisi dari monomer akrilonitril. Polimer ini
merupakan serat sintetis, seperti wol digunakan dalam tekstil sebagai
campuran wol, karpet, dan kaus kaki.
4) Plastik
Plastik merupakan polimer sintetis yang paling populer karena banyak
digunakan dalam kehidupan sehari-hari.Berdasarkan jenis monomernya, ada
beberapa jenis plastik yaitu sebagai berikut :
I. Polietena (Polietilena)
Polietilena merupakan polimer plastik yang sifatnya ulet (liat),
massa jenis rendah, lentur, sukar rusak apabila lama dalam keadaan
terbuka di udara maupun apabila terkena tanah Lumpur, tetapi tidak tahan
panas. Polietena adalah plastik yang banyak diproduksi, dicetak
lembaran untuk kantong plastik, pembungkus halaman, ember, dsb.
II. b) Polipropena (Polipropilena)
Polipropena mempunyai sifat yang sama dengan polietena. Oleh karena
plastik ini juga banyak diproduksi, hanya kekuatannya lebih besar dari
polietena dan lebih tahan panas serta tahan terhadap reaksi asam dan
basa. Plastik ini juga digunakan untuk membuat botol plastik, karung,
bak air, tali, dan kanel listrik (insulator).
c) PVC (Polivinil Klorida)
PVC mempunyai sifat keras dan kaku digunakan untuk membuat pipa
plastik, pipa paralon, pipa kabel listrik, kulit sintetis, dan ubin
plastik.
d) Teflon (Tetrafluoroetena)
Teflon merupakan lapisan tipis yang sangat tahan panas dan tahan
terhadap bahan kimia. Teflon digunakan untuk pelapis wajan (panic anti
lengket), pelapis tangki di pabrik kimia, pipa anti patah, dan kabel
listrik.
e) Bakelit (Fenol Formaldehida)
Bakelit adalah suatu jenis polimer yang dibuat dari dua jenis
monomer, yaitu fenol dan formaldehida. Polimer ini sangat keras, titik
leburnya sangat tinggi dantahan api. Bakelit digunakan untuk instalasi
listrik dan alat-alat yang tahan suhu tinggi, misalnya asbak dan fiting
lampu listrik.
f) Flexiglass (Polimetil Metakrilat)
Polimetil Metakrilat disingkat PMMA mempunyai nama dagang flexiglass.
Polimetil metakrilat merupakan polimerisasi adisi dari monomer metil
metakrilat (H
2C = CH-COOH
3). PMMA merupakan plastik yang kuat dan transparan. Polimer ini digunakan untuk jendela pesawat terbang dan lampu belakang mobil
- Ancaman Polimer Sintetik Bagi Kesehatan Manusia
Perkembangan yang sangat pesat dari industri polimer sintetik membuat
kehidupan kita selalu dimanjakan oleh kepraktisan dan kenyamanan dari
produk yang mereka hasilkan. Bahkan plastik dianggap sebagai salah satu
ciri kemunculan zaman modern yang ditandai dengan kehidupan yang serba
praktis dan nyaman. Namun, beberapa laporan ini menguak sisi lain dari
kemudahan yang diberikan oleh bahan-bahan yang terbuat dari polimer
sintetis.
Kebanyakan plastik seperti PVC, agar tidak bersifat kaku dan rapuh ditambahkan dengan suatu bahan pelembut (
plasticizers).
Bahan pelembut ini kebanyakannya terdiri atas kumpulan ftalat (ester
turunan dari asam ftalat). Beberapa contoh pelembut adalah
epoxidized soybean oil (ESBO),
di(2-ethylhexyl)adipate (DEHA), dan bifenil poliklorin (PCB) yang digunakan dalam industri pengepakan dan pemrosesan makanan,
acetyl tributyl citrate (ATBC) dan
di(-2ethylhexyl) phthalate (DEHP) yang digunakan dalam industri pengepakan film (Sheftel, 2000).
Namun, penggunaan bahan pelembut ini yang justru dapat menimbulkan
masalah kesehatan. Sebagai contoh, penggunaan bahan pelembut seperti PCB
sekarang sudah dilarang pemakaiannya karena dapat menimbulkan kematian
jaringan dan kanker pada manusia (karsinogenik). Di Jepang, keracunan
PCB menimbulkan penyakit yang dikenal sebagai
yusho. Tanda dan
gejala dari keracunan ini berupa pigmentasi pada kulit dan
benjolan-benjolan, gangguan pada perut, serta tangan dan kaki lemas.
Sedangkan pada wanita hamil, mengakibatkan kematian bayi dalam kandungan
serta bayi lahir cacat.
Contoh lain bahan pelembut yang dapat menimbulkan masalah adalah
DEHA. Berdasarkan penelitian di Amerika Serikat, plastik PVC yang
menggunakan bahan pelembut DEHA dapat mengkontaminasi makanan dengan
mengeluarkan bahan pelembut ini ke dalam makanan. Data di AS pada tahun
1998 menunjukkan bahwa DEHA dengan konsentrasi tinggi (300 kali lebih
tinggi dari batas maksimal DEHA yang ditetapkan oleh FDA/ badan pengawas
obat makanan AS) terdapat pada keju yang dibungkus dengan plastik PVC
(Awang MR, 1999).
DEHA mempunyai aktivitas mirip dengan hormon estrogen (hormon
kewanitaan pada manusia). Berdasarkan hasil uji pada hewan, DEHA dapat
merusakkan sistem peranakan dan menghasilkan janin yang cacat, selain
mengakibatkan kanker hati (Awang MR, 1999). Meskipun dampak DEHA pada
manusia belum diketahui secara pasti, hasil penelitian yang dilakukan
pada hewan sudah sepantasnya membuat kita berhati-hati.
Berkaitan dengan adanya kontaminasi DEHA pada makanan, Badan Pengawas
Obat dan Makanan Eropa telah membatasi ambang batas DEHA yang masih
aman bila terkonsumsi, yaitu 18 bpj (bagian per sejuta). Lebih dari itu
dianggap berbahaya untuk dikonsumsi.
Untuk menghindari bahaya yang mungkin terjadi jika setiap hari kita
terkontaminasi oleh DEHA, maka sebaiknya kita mencari alternatif
pembungkus makanan lain yang tidak mengandung bahan pelembut, seperti
plastik yang terbuat dari polietilena atau bahan alami (daun pisang
misalnya).
Bahaya lain yang dapat mengancam kesehatan kita adalah jika kita
membakar bahan yang terbuat dari plastik. Seperti kita ketahui, plastik
memiliki tekstur yang kuat dan tidak mudah terdegradasi oleh
mikroorganisme tanah. Oleh karena itu seringkali kita membakarnya untuk
menghindari pencemaran terhadap tanah dan air di lingkungan kita
(Plastik dari sektor pertanian saja, di dunia setiap tahun mencapai 100
juta ton.
Jika sampah plastik ini dibentangkan, maka dapat membungkus bumi
sampai sepuluh kali lipat). Namun pembakaran plastik ini justru dapat
mendatangkan masalah tersendiri bagi kita. Plastik yang dibakar akan
mengeluarkan asap toksik yang apabila dihirup dapat menyebabkan sperma
menjadi tidak subur dan terjadi gangguan kesuburan. Pembakaran PVC akan
mengeluarkan DEHA yang dapat mengganggu keseimbangan hormon estrogen
manusia. Selain itu juga dapat mengakibatkan kerusakan kromosom dan
menyebabkan bayi-bayi lahir dalam kondisi cacat.
Pekerja-pekerja wanita dalam industri getah, plastik dan tekstil
seringkali mengalami kejadian bayi mati dalam kandungan dan ukuran bayi
yang kecil. Kajian terhadap 2,096 orang ibu dan 3,170 orang bapak di
Malaysia pada tahun 2002 menunjukkan bahwa 80% wanita menghadapi bahaya
kematian anak dalam kandungan jika bekerja di industri getah dan plastik
dan 90% wanita yang suaminya bekerja di industri pewarna tekstil,
plastik dan formaldehida.
Satu lagi yang perlu diwaspadai dari penggunaan plastik dalam
industri makanan adalah kontaminasi zat warna plastik dalam makanan.
Sebagai contoh adalah penggunaan kantong plastik hitam (kresek) untuk
membungkus makanan seperti gorengan dan lain-lain. Menurut Made Arcana,
ahli kimia dari Institut Teknologi Bandung yang dikutip Gatra edisi Juli
2003, zat pewarna hitam ini kalau terkena panas (misalnya berasal dari
gorengan), bisa terurai, terdegradasi menjadi bentuk radikal. Zat racun
itu bisa bereaksi dengan cepat, seperti oksigen dan makanan.
Kalaupun tak beracun, senyawa tadi bisa berubah jadi racun bila
terkena panas. Bentuk radikal ini karena memiliki satu elektron tak
berpasangan menjadi sangat reaktif dan tidak stabil sehingga dapat
berbahaya bagi kesehatan terutama dapat menyebabkan sel tubuh berkembang
tidak terkontrol seperti pada penyakit kanker. Namun, apakah munculnya
kanker ini disebabkan plastik itu atau karena mengkonsumsi makanan
tercemar kantong plastik beracun, harus dibuktikan. Sebab, banyak faktor
yang menentukan terjadinya kanker, misalnya kekerapan orang mengonsumsi
makanan yang tercemar, sistem kekebalan, faktor genetik, kualitas
plastik, dan makanan. Bila terakumulasi, bisa menimbulkan kanker.
Styrofoam yang sering digunakan orang untuk
membungkus makanan atau untuk kebutuhan lain juga dapat menimbulkan
masalah. Menurut Prof Dr Hj Aisjah Girindra, ahli biokimia Departemen
Biokimia FMIPA-IPB, hasil survei di AS pada tahun 1986 menunjukkan bahwa
100% jaringan lemak orang Amerika mengandung styrene yang berasal dari
styrofoam.
Penelitian dua tahun kemudian menyebutkan kandungan styrene sudah
mencapai ambang batas yang bisa memunculkan gejala gangguan saraf.
Lebih mengkhawatirkan lagi bahwa pada penelitian di New Jersey
ditemukan 75% ASI (air susu ibu) terkontaminasi styrene. Hal ini terjadi
akibat si ibu menggunakan wadah
styrofoam saat mengonsumsi
makanan. Penelitian yang sama juga menyebutkan bahwa styrene bisa
bermigrasi ke janin melalui plasenta pada ibu-ibu yang sedang
mengandung. Terpapar dalam jangka panjang, tentu akan menyebabkan
penumpukan styrene dalam tubuh. Akibatnya bisa muncul gejala saraf,
seperti kelelahan, gelisah, sulit tidur, dan anemia.
Selain menyebabkan kanker, sistem reproduksi seseorang bisa terganggu. Berdasarkan hasil penelitian,
styrofoam bisa menyebabkan kemandulan atau menurunkan kesuburan. Anak yang terbiasa mengonsumsi
styrene
juga bisa kehilangan kreativitas dan pasif. Mainan anak yang terbuat
dari plastik yang diberi zat tambahan ftalat agar mainan menjadi lentur
juga dapat menimbulkan masalah. Hasil penelitian ilmiah yang dilakukan
para pakar kesehatan di Uni Eropa menyebutkan bahwa bahan kimia ftalat
banyak menyebabkan infeksi hati dan ginjal. Oleh karena itu Komisi Eropa
melarang penggunaan ftalat untuk bahan pembuatan mainan anak.
Ancaman kesehatan yang terakhir (sebenarnya masih cukup banyak contoh
lainnya) datang dari kegiatan yang sering tidak sadar kita lakukan
(atau mungkin karena ketidaktahuan kita). Seperti yang lazim kita
lakukan apabila kita hendak memakan suatu makanan yang panas (misalnya
gorengan) atau mencegah tangan terkotori oleh minyak dari gorengan
tersebut, maka kita melapisi makanan tersebut dengan kertas tisu.
Padahal hal tersebut sebenarnya dapat mengancam kesehatan kita. Kenapa
bisa begitu?
Ternyata, zat kimia yang terkandung dalam kertas tisu yang kita
gunakan dapat bermigrasi ke makanan yang kita lapisi. Zat ini biasanya
sering disebut pemutih klor yang memang ditambahkan dalam pembuatan
kertas tisu agar terlihat lebih putih bersih. Zat ini bersifat
karsinogenik (dapat menyebabkan kanker). Oleh karena itu jangan
menggunakan bahan ini untuk melapisi makanan yang panas atau berlemak.
b. Penggolongan Polimer Berdasarkan Proses Pembentukannya
Reaksi pembentukan polimer dinamakan polimerisasi, jadi reaksi
polimerisasi adalah reaksi penggabungan molekul-molekul kecil (monomer)
membentuk molekul yang besar (polimer). Ada dua jenis polimerisasi,
yaitu polimerisasi adisi dan polimerisasi kondensasi.
1) Polimer adisi
Seperti yang telah kita ketahui, bahwa reaksi adisi adalah reaksi
pemecahan ikatan rangkap menjadi ikatan tunggal sehingga ada atom yang
bertambah di dalam senyawa yang terbentuk.
Jadi, polimerisasi adisi adalah reaksi pembentukan polimer dari
monomer-monomer yang berikatan rangkap (ikatan tak jenuh). Pada reaksi
ini monomer membuka ikatan rangkapnya lalu berikatan dengan monomer lain
sehingga menghasilkan polimer yang berikatan tunggal (ikatan jenuh).
Artinya, monomer pembentuk polimer adisi adalah senyawa yang ikatan
karbon berikatan rangkap seperti alkena, sterina, dan haloalkena.
Polimer adisi ini biasanya identik dengan plastik, karena hampir semua
plastik dibuat dengan polimerisasi adisi. Misalnya polietena,
polipropena, polivinil klorida, teflon dan poliisoprena.
Berikut beberapa contoh pembentukannya :
- a. Pembentukan polietena (polietilena) dari etena (etilena)
O
2
nCH
2 = CH
2 - (CH
2 - CH
2)n -
etena tegangan tinggi polietena
- b. Pembentuka teflon dari tetrafluoro etena
nCF
2 = CF
2 – (CF
2 - CF
2)n –
tetrafluoroetena politetraetilena (teflon)
- c. Pembentukan polivinil dari isoprena (2-metil-1,3-butadiena)
nCH
2 = CH
2 – (CH
2 - CH)n –
Cl Cl
- d. Pembentukan polisoprena dari isoprena (2-metil-1,3-butadiena)
CH
3 CH
3
nH
2C = C – CH = CH
2 – (HC = C - CH = CH)n -
Pada pembentukan poliisoprena, mula-mula kedua ikatan rangkap dari
nomor 1 dan C nomor 3 terbuka, kemudian ikatan tunggal dari C nomor 2
dan C nomor 3 membentuk ikatan rangkap. Dari contoh-contoh reaksi di
atas, dapat disimpulkan bahwa pada polimerisasi adisi tidak terbentuk
hasil samping dan monomernya harus mengandung ikatan rangkap. Contoh
polimer adisi dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Monomer |
Polimer |
Nama polimer |
Kegunaan |
|
|
Polietilena |
Tas plastik, botol, mainan, isolasi listrik |
|
|
Polipropilena |
Karpet plastik, botol |
|
|
Polistirena |
Pernis kayu, styrofoam, isolasi plastik, gelas plastik, mainan, bahan pengepakkan |
|
|
Polivinil klorida |
Pipa, genteng plastik |
|
|
Polivinil dienklorida |
Plastik wrap |
|
|
Politetraetilena (teflon) |
Alat masak, isolasi listrik (penutup kabel) |
|
|
Poliakrilonitril |
Wig (rambut palsu), cat, benang |
|
|
Polivinilasetat |
Tekstil, gumresin, cat |
|
|
Polimetilmetakrilat |
Bahan pembuat gelas, pembuat bola bowling |
2) Polimer kondensasi
Kondensasi merupakan reaksi penggabungab gugus-gugus fungsi antara
kedua monomernya. Artinya, polimerisasi kondensasi adalah reaksi
pembentukan polimer dari monomer-monomer yang mempunyai dua gugus
fungsi. Misalnya, senyawa polipeptida atau protein dan polisakarida
merupakan senyawa biomolekul yang dibentuk oleh reaksi polimerisasi
kondensasi. Berikut beberapa contoh pembentukan polimerisasi kondensasi :
a) Pembentukan nilon
Nilon merupakan suatu polimer yang ditemukan oleh
Wallace Hume Carothers di tahun 1934 sewaktu bekerja di perusahaan Du
Pont. Polimer nilon dibentuk dari monomer asam 6-aminoheksanoat (HOOCCH
2(CH
2)
3CH
2NH
2). Dalam polimerisasi ini, gugus karboksil dari monomer berikatan dengan gugus amino dari monomer tersebut.
Perhatikan reaksi tersebut, setiap dua monomer asam 6-aminoheksanoat akan menghasilkan satu polimer dan dua molekul air.
Adapun nilon-66 dibentuk dengan heteropolimer (monomernya beragam),
yaitu antara heksametilena diamina, (1,6-heksana diamin) dengan asam
adipat (asam 1,6-heksanadioat).
Pada heteropolimer (kopolimer) setiap 2 monomer yang berlainan bersatu akan dihasilkan 2 molekul air.
b) Pembentukan polyester (polietilena tereftalat) atau dakron
Sama halnya pada nilon-66, polyester dakron dibentuk oleh 2 polimer
berlainan, yaitu dari etilena glikol (polialkohol) dengan dimetil
tereftalat (senyawa ester).
Dari contoh-contoh reaksi di atas dapat disimpulkan bahwa
polimerisasi kondensasi akan menghasilkan molekul kecil air dan
monomernya mempunyai gugus fungsi pada kedua ujung rantainya. Apabila
dirumuskan, secara umum reaksinya adalah sebagai berikut :
n monomer → 1 polimer + (n – 1) H2O
c) Penggolongan polimer berdasarkan jenis monomernya
Berdasarkan jenis monomernya, polimer dapat terdiri atas
homopolimer dan
kopolimer.
- 1. Homopolimer
Homopolimer adalah polimer yang monomernya sejenis. Contohnya, selulosa dan protein.
(-P-P-P-P-P-P-P-P-)n
Pada polimer adisi homopolimer, ikatan rangkapnya terbuka lalu berikatan membentuk polimer yang berikatan tunggal.
- 2. Kopolimer
Kopolimer atau disebut juga
heteropolimer adalah polimer yang monomernya tidak sejenis. Contoh
dakron, nilon-66, melamin (fenol formaldehida). Proses pembentukan
polimer berlangsung dengan suhu dan tekanan tinggi atau dibantu dengan
katalis, namun tanpa katalis strukyur molekul yang terbentuk tidak
beraturan. Jadi, fungsi katalis adalah untuk mengendalikan proses
pembentukan striktur molekul polimer agar lebih teratur sehingga
sifat-sifat polimer yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan.
d) Penggolongan polimer berdasarkan sifatnya terhadap panas
Berdasarkan sifatnya terhadap panas, polimer dapat dibedakan atas
polimer termoplas (tidak tahan panas, seperti plastik) dan
polimer termosting (tahan panas, seperti melamin).
- 1. Polimer termoplas
Polimer termoplas adalah polimer yang tidak tahan panas. Polimer
tersebut apabila dipanaskan akan meleleh (melunak), dan dapat dilebur
untuk dicetak kembali (didaur ulang). Contohnya polietilene,
polipropilena, dan PVC.
- 2. Polimer termosting
Polimer termosting adalah polimer yang tahan panas. Polimer tersebut
apabila dipanaskan tidak akan meleleh (sukar melunak), dan sukar didaur
ulang. Contohnya melamin dan bakelit.
a) Plastik Polietilentereftalat (PET)
Plastik PET merupakan serat sintetik poliester (dakron) yang
transparan dengan daya tahan kuat, tahan terhadap asam, kedap udara,
fleksibel, dan tidak rapuh. Dalam hal penggunaannya, plastik PET
menempati urutan pertama. Penggunannya sekitar 72 % sebagai kemasan
minuman dengan kualitas yang baik. Plastik PET merupakan poliester yang
dapat dicampur dengan polimer alam seperti : sutera, wol dan katun untuk
menghasilkan bahan pakaian yang bersifat tahan lama dan mudah
perawatannya.
b) Plastik Polietena/Polietilena (PE)
Terdapat dua jenis plastik PE, yaitu Low Density Polyethylene (LDPE)
dan High Density Polyethylene (HDPE). Plastik LDPE banyak digunakan
sebagai kantung plastik serta pembungkus makanan dan barang.
Plastik HDPE banyak digunakan sebagai bahan dasar membuat mainan
anak-anak, pipa yang kuat, tangki korek api gas, badan radio dan
televisi, serta piringan hitam.
c) Polivinil Klorida (PVC)
Plastik PVC bersifat termoplastik dengan daya tahan kuat. Plastik ini
juga bersifat tahan serta kedap terhadap minyak dan bahan organik. Ada
dua tipe plastik PVC yaitu bentuk kaku dan bentuk fleksibel.
Plastik bentuk kaku digunakan untuk membuat konstruksi bangunan,
mainan anak-anak, pipa PVC (paralon), meja, lemari, piringan hitam, dan
beberapa komponen mobil. Adapun plastik bentuk fleksibel, jenis ini
digunakan untuk membuat selang plastik dan isolasi listrik.
Dalam hal penggunaannya, plastic PVC menempati urutan ketiga dan
sekitar 68 % digunakan untuk konstruksi bangunan (pipa saluran air).
d) Plastik Nilon
Plastik nilon merupakan polimer poliamida (proses pembentukannya
seperti pembentukan protein). Plastik Nilon ditemukan pada tahun 1934
oleh Wallace Carothers dari Du Pont Company. Ketika itu, Carothers
mereaksikan asam adipat dan heksametilendiamin. Plastik yang bersifat
sangat Kuat (tidak cepat rusak) dan halus ini banyak digunakan untuk
pakaian, peralatan kemah dan panjat tebing, peralatan rumah tangga serta
peralatan laboratorium.
e) Karet Sintetik
Karet Sintetik yang terkenal adalah Styrene Butadiene Rubber (SBR),
suatu polimer yang terbentuk dari reaksi polemerisasi antara stirena dan
1,3-butadiena. Karet sintetik ini banyak digunakan untuk membuat ban
kendaraan karena memiliki kekuatan yang baik dan tidak mengembang
apabila terkena minyak atau bensin.
f) Wol
Wol adalah serat alami dari protein hewani (keratin) yang tidak
larut. Struktur protein wol yang lentur menghasilkan kain dengan mutu
yang baik, namun kadang-kadang menimbulkan masalah karena dapat mengerut
dalam pencucian. Oleh karena itu, wol dicampur dengan PET untuk
menghasilkan kain yang bermutu baik dan tidak mengerut pada saat
pencucian.
g) Kapas
Kapas merupakan serat alami dari bahan nabati (selulosa) yang paling
banyak digunakan (hamper 50 % pemakaian serat alami berasal dari kapas).
Kain katun dibuat dari serat kapas dengan perlakuan kimia sehingga
menghasilkan kain yang kuat, enak dipakai, dan mudah perawatannya.